Mar 12, 2015

Susah Kaya, ini penyebabnya...

Rezeki barokah yang terus tumbuh mungkin harapan banyak orang. Sebab
jika income kita hanya tumbuh 5% per tahun, kita mungkin tidak akan bisa
 menyisihkan uang untuk investasi. Dan itu artinya, kita bisa mengalami
kenestapaan saat kelak kita sudah pensiun dari kerja.
P
ada sisi lain, harga tanah dan rumah kian melesat. Tanpa pertumbuhan
 rezeki yang signifikan, banyak pasangan muda yang tidak akan sanggup
beli rumah, dan tak dapat mencukupi kehidupannya sendiri,sampai jadi tanggungan orang tua dan mertua.


Pertanyaannya adalah ini :  

kenapa sebagian besar orang pertumbuhan penghasilannya stagnan, dan tak kunjung bisa makmur?



Sejatinya ada sejumlah faktor yang mungkin bisa menjelaskan kenapa
sebagian besar tidak bisa kaya hingga akhir hayatnya. Namun disini, kita
 hanya ingin melacak 5 alasan fundamental yang layak dikenang.


Reason # 1 : Pessimism. 

Ini soal mindset, soal belief yang bersemayam dalam alam bawah sadar. Sering, tanpa sadar banyak orang yang memiliki kilatan pesimisme dalam hatinya.

Waduh biaya hidup kok makin mahal ya. Hidup kok makin susah ya. Ah, saya pasti tidak mungkin jadi direktur. Saya tidak punya bakat untuk jadi pengusaha sukses. Aduh, jangan-jangan saya tidak akan bisa beli rumah sampai pensiun nanti


Rentetan “negative self talk” seperti diatas mungkin kadang berkelebat dalam hati. Inilah serangkaian sugesti negatif yang acap membentuk bayang-bayang pesimisme dalam jiwa.
And you know what? Energi negatif seperti itu akan diserap oleh Alam Semesta dan kemudian dibalikkan kepada raga Anda untuk menjadi KENYATAAN.
 

Disini berlaku prinsip Law Of Attraction : what you think is what you get.
Self talk negatif yang Anda pikirkan, akan mengembang, dan somehow benar-benar bisa menjadi fakta yang terasa begitu pahit.


 
 

Reason # 2 : Bad Learning Spirit.
 Perjalanan panjang untuk mengubah nasib sungguh tak mudah dijalani. Melelahkan, dan butuh
“kecerdasan jalanan” (street smart) yang membahana. Dan karena itu,learning spirit mesti terus dikibarkan.


Sayangnya, banyak orang yang tidak “panjang akal”. Banyak orang yang tidak punya resourcefulness (punya kemandirian untuk belajar dan mencari solusi hingga tuntas, dan bukan manja, terus bertanya, dan malas mencari solusi secara mandiri). Inginnya terus dibimbing seperti anak SD. Tidak punya inisiatif untuk belajar secara mandiri, dan menemukan solusi yang
 aplikabel.


Perjalanan mengubah nasib dan level kemakmuran pasti akan nyungsep saat self-learning spirit dan resourcefulness itu lenyap dari raga kita.


Reason # 3 : No Action Talk Only. NATO. 


Ini nih orang yang terlalu banyak celoteh, so keminter, namun ndak jalan-jalan. Kapan sugihe Le, nek sampeyan ndobos thok. Ndak pernah action.

Saya punya teman yang memiliki karakter NATO ini. Setiap kali ketemu, bicara panjang lebar tentang rencananya, mau melakukan ini, dan itu, serta blah blah lainnya.


Bulan depan ketika ketemu, dia ya masih ngomong hal yang sama. Dan yang keren, hampir semua rencananya itu belum ada yang dijalankan. Ini seperti orang delusional. Senenge ngalamun thok.


Atau ada juga orang yang memang ingin berubah. Semua rencananya dipendam dalam hati (baguslah, orang ini tidak banyak omong).


Namun hasilnya ternyata sama : apa yang dipendam dalam hati itu, terus saja dipendam sampai rambutnya ubanan. Alias no action juga.


Mungkin orang itu malas. Mungkin orang itu suka menunda-nunda. Tunda terus saja sampai sampeyan pensiun mas. Baru setelah pensiun, kaget, lho kok tabunganku ndak cukup untuk hidup. Modyar kon.



Reason # 4 : Low Resiliency.

Oke, akhirnya mungkin orang itu sudah mau bergerak. Akhirnya mau take action. Namun sayangnya, kurang gigih. Low level of resiliency. Begitu menghadapi problem, langsung menyerah. Langsung bubar jalan. Atau ngambek.

Padahal puluhan studi tentang perubahan nasib manusia, menulis : elemen paling kunci dalam perjuangan mengubah level penghasilan itu adalah resiliensi, daya juang, keuletan dan kegigihan.


Sebab narasi kesuksesan itu acap ditentukan, oleh sejauh mana kamu bisa terus berjalan saat cobaan demi cobaan datang menghadang. Saat kamu bisa bangun 9 kali, ketika kamu menemui kegagalan 8 kali.


 

Reason # 5 : PELIT.
Elemen terakhir ini simpel, dan berurusan dengan dimensi spiritualitas.

Alasan terakhir ini layak kita sebut, karena bersifat anti-tesa dengan ajaran klasik yang bunyinya seperti ini : The more you give, the more you get. Semakin banyak Anda memberi, Anda justu akan semakin kaya.


Jalan keberkahan mungkin bisa terus terbuka, saat kita tekun memberi (memberi sedekah senyuman, sedekah ilmu, sedekah materi, atau juga sedekah kebaikan yang terus mengalir).


Saat kita punya keikhlasan untuk berbagi kebaikan, mungkin pintu rezeki akan selalu datang dari arah yang tak terduga-duga




DEMIKIANLAH, lima reason kunci yang layak dikenang kenapa kita stuck
dalam jalan hidup yang serba pas-pasan. Lima elemen itu adalah : 1) jiwa
 yang pesimis 2) learning spirit yang buruk, 3) no action talk only 4)
low resiliency dan 5) PELIT.


---------------------

Tuhan maha pengasih dan penyayang, dan telah memberikan segala yang terbaik untuk kita, termasuk pendapatan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan kita, hanya kita yang belum menerimanya.

karena hal2 diatas yang menyebabkan kita belum dapat menerima apa yang Tuhan telah berikan. ini perlu pengakuan ...
kita hanya dapat mengandalkan Kasih Sayang Nya untuk merubah segalanya, 
dan dengan doa lah kita dapat memohon KasihNya untuk membantu kita.

Mari kita berdoa bersama-sama:

"Tuhan yang terkasih dan tersayang, terima kasih atas kesadaran indah atas apa yang telah membuat kami belum menerima segala yang Tuhan telah berikan kepada kami.

Tuhan, berkatilah kami agar semua penyebab yang ada di diri kami, seperti jiwa yang pesimis, learning spirit yang buruk, NATO, mudah menyerah, dan pelit, dibantu KasihMu agar dibatalkan dan dikeluarkan dari seluruh diri kami, agar kami dapat lebih sesuai kehendakMu saja.

Tuhan, berkatilah, bantulah,jagalah,bimbinglah kami, agar kami dapat terus menerus menerima KasihMu, sesuai kehendakMu.

Tuhan yang terkasih dan tersayang, terima kasih dan puji syukur kami kepadaMu.
Amin"



Selain berdoa, tentunya kita perlu ikhtiar, salah satu ikhtiar yang dapat kita lakukan bersama ada di sini


Selamat bekerja, teman. Selamat berbagi kebaikan demi keberkahan bersama. 

-----------------------------------------------------
 adapted from http://strategimanajemen.net/2015/03/09/5-alasan-kenapa-sebagian-besar-orang-penghasilannya-tetap-kecil-hingga-akhir-hayatnya/

No comments: