Mar 19, 2015

How to Manage Your Money (Perspektif Katolik)-1

BAGAIMANA ANDA CERDAS DALAM MENGELOLA UANG
(How to Manage Your Money)

I.          Isi Ringkasan Buku
1.1.      Apakah Kekayaan itu?[1]
Jika berbicara mengenai kekayaan, mungkin kita menggambarkan benda-benda mewah, kapal pesiar, rumah mewah, mobil import, emas dan berlian, semua hal yang menyangkut hal materi.

Namun, sekarang ini sering sekali kekayaan diekspresikan dalam bentuk tidak berwujud. Misalnya kekayaan seseorang diukur dengan satuan dollar. Hal ini tampaknya tidak mempunyai nilai yang objektif. Kemudian, kekayaan juga berhubungan dengan kemampuan kreatif kita: nilai yang orang berikan kepada performa kita, misalnya atlit professional.



Lalu juga kemampuan dalam meminkam, kepercayaan prang terhadap kita. Jadi, kekayaan menjadi faktor dalam identitas kita, nilai Anda yang dipersepsikan orang, dan seberapa jauh kita layak dipercaya.

Dulu, peluang untuk menjadi kaya itu terbatas. Tetapi, di masa kita telah terjadi perbedaan yang luarbiasa dalam cara kekayaan yang bisa diakumulasikan.Namun kita sering bekerja keras dan kita melewatkan banyak hal. Mengapa sulit sekali bagi kita kalau sukses dan tampaknya lebih mudah bagi orang lain? Kalau demikian,

bagaimana kita sebagai orang Kristen harus memberikan pandangan terhadap hal ini. Kalau kekayaan semata itu mendatangkan kebahagiaan, seharusnya orang yang paling kaya lah yang paling bahagia. Namun yang sering terjadi adalah hal yang sebaliknya. Allah sebenarnya peduli terhadap sikap kita tentang uang namun bukan uang yang memberikan pengaruh kepada hubungan kita dengan Allah. Hanya jatuh pada sikap kita yang menjadi poin utama. Sebagai umat Kristiani, kita harus belajar percaya kepada Allah dalam segala keadaan dan percaya bahwa Ia mengasihi kita dan bahwa Ia akan memberi kita apa yang sanggup kita tangani tanpa menjadi tergoda melampaui apa yang sanggup kita tanggung.

Kekayaan itu tidaklah moral atau tidak bermoral. Bukanlah rancangan Allah bagi umatNya untuk hidup dalam kemiskinan. Allah menentang penyalah-gunaan atau keterfokusan kepada kekayaan bukan menentang kekayaan itu sendiri. Sesungguhnya, Roma 12 menyebut karunia memberi sebagai karunia rohani. Mampu mengembangkan sumber-sumber daya dan menghasilkan secara keuangan itu terimplikasikan dalam menggunakan karunia ini. “Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita … Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas” (Roma 12:5-6,8).


1.2.      Kehendak Allah dalam Keuangan[2]
Dalam kitab Kejadian, Alkitab mengemukakan suatu pandangan tentang dunia materi: Itu semua kepunyaan Allah. Taman Firdaus pun kepunyaan Allah; Adam dan Hawa hanya merawat saja. Jadi sebagai umat Kristen, kita harus sadar banya posisi kita di dunia ini hanya sebagai pengurus dan pengelola sumber-sumber daya Allah menurut petunjuk-Nya. Kalau kita taat maka Ia akan mempercayakan lebih banyak lagi properti-Nya kepada kita. Tetapi apakah kita dipercayakan ketika kita bersikap sebagai pemilik? Kita harus mengakui kepemilikan total Allah, kita bisa mengalami mukjizat Allah dan petunjuk yang bijaksana dalam segala tanggungjawab, termasuk manajemen keuangan. Demikianlah kehendak Allah dalam keuangan yang harus kita laksanakan. Seperti yang tertulis dalam Matius 25:14-30 yang berbicara tentang Talenta, yang intinya bahwa kita diberikan talenta agar kita mempergunakannya dengan baik. Kita hanya sebagai pengurus dan kelak Allah akan meminta kembali apa yang telah diberikannya.
Kalau demikian, bagaimana sebenarnya Allah menggunakan keuangan? Memang kalau kita pahami seringkali Allah menggunakan uang dalam kehidupan kita sebagai sarana petunjuk, sebab itulah suatu bidang dimana kebanyakan orang sensitif dan rentan. Kita sering tergoda oleh kekayaan dan memilih jalan kita sendiri tanpa petunjuk dari Allah. Artinya kita sering memprioritaskan kehendak kita sendiri dari pada kehendak Allah. Apa yang harus kita lakukan? Jawabannya sudah jelas. Kita harus berserah kepadaNya, karena ketika kita tidak berserah itu sama artinya dengan memutuskan bahwa hikmat kita lebih unggul dari pada hikmatNya.
   
1.3.      Bahaya Uang[3]
Allah menggunakan kekayaan untuk mengarahkan kehidupan kita, ternyata Iblis juga menggunakannya untuk membelenggu kita dan membuat kita menyimpang. Bahaya uang yang kita hadapi adalah masalah perbudakan. Hingga pada saat ini, perbudakan keuangan juga berarti perbudakan fisik. Setiap tahun jutaan pernikahan hancur gara-gara kekuatiran keuangan yang diakibatkan oleh tekanan keuangan berupa utang. Di dalam Perjanjian Baru, Allah juga menunjukkan bahwa ekspektasiNya agar kita menolong orang yang miskin. Tetapi biasanya kita kuatir akan kekurangan uang. Sikap kita adalah kuncinya.
Bentuk Perbudakan akan uang yaitu:
1.      Tunggakan
2.      Kekuatiran soal Investasi
3.      Sikap ingin cepat kaya
4.      Kemalasan
5.      Sikap penuh penyesatan
6.      Ketamakan
7.      Sikap mengingini

1.4.      Keterbebasan dari Perbudakan[4]
Tidak ada jaminan bahwa kehidupan Kristiani akan bebas masalah keuanganl toh kita manusia tetap memiliki kesalahan. Tetapi jika Allah yang memegang kendali atas keangan kita, maka kehidupan kita bisa terkendali. Umat Kristiani yang mencari yang terbaik dari Allah dalam kehidupan mereka harus bersedia tunduk kepada kehendak dan petunjukkNya. Ada beberapa langkah dasar untuk meraih rencana Allah:
Langkah 1    :  Alihkanlah Kepemilikan Kepada Allah
Langkah 2    :  Ke Luar lah dari Utang
Langkah 3    :  Terimalah Pemenuhna Kebutuhan dari Allah
Langkah 4    :  Janganlah Cepat-Cepat mengambil Keputusan
Langkah 5    :  Raihlah kesempurnaan dalam Bekerja
Langkah 6    :  Pengakuan-Restitusi
Langkah 7    :  Kecukupan Diri
Langkah 8    :  Seimbangkanlah Komitmen
Langkah 9    : Korbankanlah Hasrat

1.5       Perencanaan Keuangan Menurut Cara Allah I[5]
Apakah kita sebagai umat Kristen seharusnya membuat rencana? Bukankah seharusnya kita bergantung sepenuhnya kepada Allah? Jawabnya memang ya, namun itu tidak berarti kita hanya duduk santai saja dirumah, menantikan berkat Allah datang sendiri. Dalam Alkitab, setiap pemimpin membuat rencana dan menindaklanjutinya demi kemuliaan Allah. Perencanaan itu unsur penting bagi sukses dalam program keuangan. Allah adalah pemenuhan kebutuhan yang teratur. Dalam sebuah perencanaan, ada 3 unsur penting, yaitu hikmat, kepandaian dan pengertian (Amsal 24:3-4). Langkah pertama adalah merencanakan untuk menilai masalahnya dengan benar, jangan bersifat terlalu umum, jangan mencoba mengembangkan rencana-rencana yang tidak fleksibel. Dan ingatlah bahwa kehidupan orang Kristen itu tidak seluruhnya damai dan sukacita. Agar rencana anda berhasil, hikmat Allah harus ditimbang sebelum mengambil keputusan.
Perencanaan dapat dijabarkan menjadi dua bidang dasar, yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang. Semua orang perlu membuat rencana jangka pendek. Tidak membuatnya tidaklah menghilangkannya; itu hanya menciptakan kecemasan, amarah ,dan frustasi. Rumah tangga Kristiani hendaknya dicirikan oleh keteraturan dan kesempurnaan. Keduanya tidak mungkin tanpa komunukasi yang baik dan perencanaan yang baik.

Selanjutnya Enam langkah menuju rencana jangka pendek

No comments: