BAGAIMANA ANDA CERDAS DALAM MENGELOLA UANG
(How to Manage Your Money)
I. Isi Ringkasan Buku
1.1. Apakah Kekayaan itu?[1]
Jika berbicara mengenai kekayaan, mungkin kita menggambarkan benda-benda
mewah, kapal pesiar, rumah mewah, mobil import, emas dan berlian, semua
hal yang menyangkut hal materi.
Namun, sekarang ini sering sekali
kekayaan diekspresikan dalam bentuk tidak berwujud. Misalnya kekayaan
seseorang diukur dengan satuan dollar. Hal ini tampaknya tidak mempunyai
nilai yang objektif. Kemudian, kekayaan juga berhubungan dengan
kemampuan kreatif kita: nilai yang orang berikan kepada performa kita,
misalnya atlit professional.
Lalu juga kemampuan dalam meminkam,
kepercayaan prang terhadap kita. Jadi, kekayaan menjadi faktor dalam
identitas kita, nilai Anda yang dipersepsikan orang, dan seberapa jauh
kita layak dipercaya.
Dulu, peluang untuk menjadi kaya itu terbatas. Tetapi, di masa kita
telah terjadi perbedaan yang luarbiasa dalam cara kekayaan yang bisa
diakumulasikan.Namun kita sering bekerja keras dan kita melewatkan
banyak hal. Mengapa sulit sekali bagi kita kalau sukses dan tampaknya
lebih mudah bagi orang lain? Kalau demikian,
bagaimana kita sebagai
orang Kristen harus memberikan pandangan terhadap hal ini. Kalau
kekayaan semata itu mendatangkan kebahagiaan, seharusnya orang yang
paling kaya lah yang paling bahagia. Namun yang sering terjadi adalah
hal yang sebaliknya. Allah sebenarnya peduli terhadap sikap kita tentang
uang namun bukan uang yang memberikan pengaruh kepada hubungan kita
dengan Allah. Hanya jatuh pada sikap kita yang menjadi poin utama.
Sebagai umat Kristiani, kita harus belajar percaya kepada Allah dalam
segala keadaan dan percaya bahwa Ia mengasihi kita dan bahwa Ia akan
memberi kita apa yang sanggup kita tangani tanpa menjadi tergoda
melampaui apa yang sanggup kita tanggung.
Kekayaan itu tidaklah moral atau tidak bermoral. Bukanlah rancangan
Allah bagi umatNya untuk hidup dalam kemiskinan. Allah menentang
penyalah-gunaan atau keterfokusan kepada kekayaan bukan menentang
kekayaan itu sendiri. Sesungguhnya, Roma 12 menyebut karunia memberi
sebagai karunia rohani. Mampu mengembangkan sumber-sumber daya dan
menghasilkan secara keuangan itu terimplikasikan dalam menggunakan
karunia ini. “Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di
dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang
terhadap yang lain.Demikianlah kita mempunyai karunia yang
berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita …
Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan
hati yang ikhlas” (Roma 12:5-6,8).
1.2. Kehendak Allah dalam Keuangan[2]
Dalam kitab Kejadian, Alkitab mengemukakan suatu pandangan tentang dunia
materi: Itu semua kepunyaan Allah. Taman Firdaus pun kepunyaan Allah;
Adam dan Hawa hanya merawat saja. Jadi sebagai umat Kristen, kita harus
sadar banya posisi kita di dunia ini hanya sebagai pengurus dan
pengelola sumber-sumber daya Allah menurut petunjuk-Nya. Kalau kita taat
maka Ia akan mempercayakan lebih banyak lagi properti-Nya kepada kita.
Tetapi apakah kita dipercayakan ketika kita bersikap sebagai pemilik?
Kita harus mengakui kepemilikan total Allah, kita bisa mengalami
mukjizat Allah dan petunjuk yang bijaksana dalam segala tanggungjawab,
termasuk manajemen keuangan. Demikianlah kehendak Allah dalam keuangan
yang harus kita laksanakan. Seperti yang tertulis dalam Matius 25:14-30
yang berbicara tentang Talenta, yang intinya bahwa kita diberikan
talenta agar kita mempergunakannya dengan baik. Kita hanya sebagai
pengurus dan kelak Allah akan meminta kembali apa yang telah
diberikannya.
Kalau demikian, bagaimana sebenarnya Allah menggunakan keuangan? Memang
kalau kita pahami seringkali Allah menggunakan uang dalam kehidupan kita
sebagai sarana petunjuk, sebab itulah suatu bidang dimana kebanyakan
orang sensitif dan rentan. Kita sering tergoda oleh kekayaan dan memilih
jalan kita sendiri tanpa petunjuk dari Allah. Artinya kita sering
memprioritaskan kehendak kita sendiri dari pada kehendak Allah. Apa yang
harus kita lakukan? Jawabannya sudah jelas. Kita harus berserah
kepadaNya, karena ketika kita tidak berserah itu sama artinya dengan
memutuskan bahwa hikmat kita lebih unggul dari pada hikmatNya.
1.3. Bahaya Uang[3]
Allah menggunakan kekayaan untuk mengarahkan kehidupan kita, ternyata
Iblis juga menggunakannya untuk membelenggu kita dan membuat kita
menyimpang. Bahaya uang yang kita hadapi adalah masalah perbudakan.
Hingga pada saat ini, perbudakan keuangan juga berarti perbudakan fisik.
Setiap tahun jutaan pernikahan hancur gara-gara kekuatiran keuangan
yang diakibatkan oleh tekanan keuangan berupa utang. Di dalam Perjanjian
Baru, Allah juga menunjukkan bahwa ekspektasiNya agar kita menolong
orang yang miskin. Tetapi biasanya kita kuatir akan kekurangan uang.
Sikap kita adalah kuncinya.
Bentuk Perbudakan akan uang yaitu:
1. Tunggakan
2. Kekuatiran soal Investasi
3. Sikap ingin cepat kaya
4. Kemalasan
5. Sikap penuh penyesatan
6. Ketamakan
7. Sikap mengingini
1.4. Keterbebasan dari Perbudakan[4]
Tidak ada jaminan bahwa kehidupan Kristiani akan bebas masalah keuanganl
toh kita manusia tetap memiliki kesalahan. Tetapi jika Allah yang
memegang kendali atas keangan kita, maka kehidupan kita bisa terkendali.
Umat Kristiani yang mencari yang terbaik dari Allah dalam kehidupan
mereka harus bersedia tunduk kepada kehendak dan petunjukkNya. Ada
beberapa langkah dasar untuk meraih rencana Allah:
Langkah 1 : Alihkanlah Kepemilikan Kepada Allah
Langkah 2 : Ke Luar lah dari Utang
Langkah 3 : Terimalah Pemenuhna Kebutuhan dari Allah
Langkah 4 : Janganlah Cepat-Cepat mengambil Keputusan
Langkah 5 : Raihlah kesempurnaan dalam Bekerja
Langkah 6 : Pengakuan-Restitusi
Langkah 7 : Kecukupan Diri
Langkah 8 : Seimbangkanlah Komitmen
Langkah 9 : Korbankanlah Hasrat
1.5 Perencanaan Keuangan Menurut Cara Allah I[5]
Apakah kita sebagai umat Kristen seharusnya membuat rencana? Bukankah
seharusnya kita bergantung sepenuhnya kepada Allah? Jawabnya memang ya,
namun itu tidak berarti kita hanya duduk santai saja dirumah, menantikan
berkat Allah datang sendiri. Dalam Alkitab, setiap pemimpin membuat
rencana dan menindaklanjutinya demi kemuliaan Allah. Perencanaan itu
unsur penting bagi sukses dalam program keuangan. Allah adalah pemenuhan
kebutuhan yang teratur. Dalam sebuah perencanaan, ada 3 unsur penting,
yaitu hikmat, kepandaian dan pengertian (Amsal 24:3-4). Langkah pertama
adalah merencanakan untuk menilai masalahnya dengan benar, jangan
bersifat terlalu umum, jangan mencoba mengembangkan rencana-rencana yang
tidak fleksibel. Dan ingatlah bahwa kehidupan orang Kristen itu tidak
seluruhnya damai dan sukacita. Agar rencana anda berhasil, hikmat Allah
harus ditimbang sebelum mengambil keputusan.
Perencanaan dapat dijabarkan menjadi dua bidang dasar, yaitu perencanaan
jangka pendek dan perencanaan jangka panjang. Semua orang perlu membuat
rencana jangka pendek. Tidak membuatnya tidaklah menghilangkannya; itu
hanya menciptakan kecemasan, amarah ,dan frustasi. Rumah tangga
Kristiani hendaknya dicirikan oleh keteraturan dan kesempurnaan.
Keduanya tidak mungkin tanpa komunukasi yang baik dan perencanaan yang
baik.
Selanjutnya Enam langkah menuju rencana jangka pendek
No comments:
Post a Comment